Senin, 04 Juli 2011

TIDAK BERAMBISI MERAIH KEPEMIMPINAN ATAU JABATAN

Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a., ia berkata, Bersama dua orang saudara sepupu, saya mendatangi Nabi saw. Kemudian salah seorang diantara keduanya berkata, “Wahai Rasulullah, berilah kami jabatan pada sebagian dari yang telah Allah ‘Azza wa Jalla kuasakan terhadapmu.” Dan yang lain juga berkata begitu. Kemudian beliau bersabda,
“Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pejabat kerana memintanya, atau berambisi dengan jabatan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian pula sabdanya yang ditujukan kepada Abdurrahman bin Samrah:
“Yaa Abdurrahman, janganlah engkau meminta kepemimpinan, sebab apabila engkau diberi tentang suatu masalah, engkau akan terasa dibebani. Dan bila tidak diberinya tentang suatu masalah, maka hal itu akan menolongmu.” (HR. Bukhari)


Orang yang beramal dan termotivasi oleh cinta kedudukan dan kepemimpinan, biasanya akan tejerumus ke dalam berbagai kesalahan dan memancing datangnya fitnah, bahkan bisa menjadi triger (pemicu) perselisihan. Biasanya pula dirinya akan bersemangat penuh dengan vitalitas dalam beramal, manakala hal itu menjanjikan sebuah kedudukan ataupun status, namun ketika tak ada peluang untuk itu tak ada pula semangat dan yang tersisa hanya malas dan loyo. Hal ini adalah penyakit yang berbahaya jika tidak segera diterapi.
“Sesungguhnya  kami, demi Allah, tidak akan mengangkat seorang wali (pemimpin) atas pekerjaan ini (dari) orang yang meminta (menjadi pemimpin) atau (dari) orang yang ambisius dengannya (pekerjaan tersebut).” (HR. Bukhari)


Ambisius meraih kedudukan, jabatan, ketenaran dan status dalam istilah Dr. Sayyid Muhammad Nuh disebut dengan Attathali’u ilaa ash shadaarah wa thalabu ar riyaadah yang berarti kehendak seorang untuk mencari segalanya lebih tinggi atau lebih utama dari orang lain. Shadaarah atau riyaadah, bermakna keinginan hati untuk menjadi pemimpin (imam) secara terang-terangan dan berlomba untuk mendapatkannya serta mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Dan menurut beliau hal ini termasuk penyakit.


(Semoga Bermanfaat)

Jumat, 27 Mei 2011

DARI GERAKAN UNTUK SEBUAH PERADABAN

Sebuah tulisan penggugah semangat guna menyadarkan Mahasiswa akan arti pentingnya dalam sebuah peradaban

            Berbicara soal pergerakan maka mengingatkan kita pada sejarah masa lalu, dimana kala itu tiba-tiba saja Makkah terasa lengang dan sunyi. Ada banyak wajah yang terasa perlahan-lahan mulai menghilang dari lingkungan pergaulan. Tapi tidak ada berita. Tidak ada yang mengetahui secara pasti tentang apa yang sedang terjadi dalam komunitas Muslim dibawah pimpinan Rasulullah saw. Rencana ini memang terlalu halus untuk dideteksi secara dini oleh para pemimpin musyrik Quraisy Makkah. Dan hal Ini memang bukan rencana yang bisa dirahasiakan dalam waktu lama. Orang-orang musyrik Quraisy Makkah akhirnya memang mengetahui bahwa kaum Muslim telah berhijrah ke Madinah di saat proses hijrah hampir selesai. Maka gemparlah penduduk Makkah. Tapi sebuah episode baru dalam sejarah telah dimulai. Sebuah gerakan telah berkembang menjadi sebuah negara dan sebuah negara telah bergerak menuju peradabannya. Tatkala pemimpin gerakan itu Rasulullah saw telah membangun infrastruktur negara dengan masjid sebagai simbol dan perangkat utamanya. Dan tatkala pemimpin gerakan itu menciptakan kohesi sosial melalui proses persaudaraan antar komunitas darah yang berbeda tapi menyatu sebagai komunitas agama (Muhajirin dan Anshar), dan membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama dengan komunitas lain yang berbeda (Piagam Madinah), serta merancang sistem pertahanan negara melalui konsep “Jihad fi Sabilillah”.
            Hari ini kita sebagai Mahasiswa, kaum terpelajar yang terpenjara dalam kampus di negara demokrasi tentunya tidak menginginkan kehadiran kita tidak lebih sebagai anak culung yang baru lahir kemarin yang tak tau mau berbuat apa dan untuk apa. Melainkan keberadaan kita mampu membawa hal yang serupa bahkan lebih tatkala seorang pemuda yang bukan dari kaum terpelajar saja dan tak pernah mengenyam bangku kuliah mampu melakukan pergerakan dan membuat sebuah peradaban yang mampu menjadikan peminta-minta menjadi ahli sedekah. Lalu bagaimana dengan kita hari ini?
            Bahwa hari ini sesungguhnya mahasiswa bukanlah kaum terpelajar yang hanya bisa duduk diam di meja bangku kuliah menerima berbagai materi dari para dosen akan tetapi sesungguhnya mahasiswa adalah sebuah gerakan yang ketika bergerak maka mampu melahirkan sebuah peradaban baru. Memang benar, Pasca-1998, gerakan mahasiswa berada di persimpangan jalan. Karena gerakan mahasiswa di negara manapun, memang tidak pernah menjadi sebuah kekuatan politik permanen yang mampu menjaga sebuah peradaban untuk tetap bertahan. Akan tetapi, gerakan mahasiswa bak sebuah kerumunan yang terorganisir, datang ketika momentum memanggil, dan pergi setelah tugas ditunaikan. Selain karena mahasiswa banyak di sibukkan dengan tugas-tugas kuliah sehingga tak sempat memikirkan penderitaan rakyatnya yang sedang terjadi, juga karena politik selalu bergerak dengan kepentingan yang tak mungkin dikawal tuntas oleh mahasiswa. Dan kini, gerakan mahasiswa terfragmentasi dengan begitu luas. Aksi-aksi mahasiswa menjadi tak lebih dari sekadar retorika dan aktivitas seremonial. Dan yang lebih parah lagi, banyak aktivis mahasiswa yang tergoda oleh sesuatu yang sebenarnya bukan bagian dari dunia mahasiswa yang membuat gerakan yang mereka bawah lebih cenderung ibarat sebuah kuda yang sedang ditunggangi.
MAKA HARI INI, JAM INI, MENIT INI, DAN DETIK INI, AKU, KAMU DAN MEREKA KITA BERSEPAKAT BAHWA GERAKAN MAHASISWA BUKANLAH GERAKAN UNTUK SEBUAH KEPENTINGAN SEKELOMPOK ORANG AKAN TETAPI UNTUK SEBUAH KEPENTINGAN BERSAMA MENUJU SEBUAH PERADABAN YANG JAUH LEBIH BAIK

Jumat, 22 April 2011

“Hijau Hitam bukan musuh, tapi PENGUJI”

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ikhwafillah....
                Siapa bilang POLITIK tak penting dan siapa bilang Shalat, Puasa dan Zakat tidak penting....!! Semuanya adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Dewasa ini, banyak ummat Islam telah meninggalkan politik. Bahkan ada saudara-saudara kita sangat membenci politik. Lalu pertanyaannya!! Apakah Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW hanya untuk mengurusi Shalat, Puasa dan Zakat?? Rasa-rasanya terlalu lucu kalau kemudian Al-Qur’an diturunkan hanya untuk mengurusi ketiga hal itu. Olehnya itu, kita pahami bersama bahwa ummat Islam sendirilah yang kemudian menyempitkan pemahaman tentang Islam itu sendiri. Padahal Islam yang didalamnya ada Al-Qur’an hakikatnya Allah turunkan untuk dijadikan pedoman oleh ummat manusia di semua hal yang ada dalam kehidupan ini, termasuk politik itu sendiri. Kaitannya dengan "Hijau Hitam" yang saya bahasakan disini adalah bahwa hari ini "Hijau Hitam" lebih semangat di banding kita dalam mempelajari politik itu sendiri. Ingat, secara bersamaan kemarin kita sebagai “Hijau Putih” dan dia sebagai “Hijau Hitam” sama-sama mempelajari politik, tentunya di dua tempat yang berbeda. Lalu kemudian apakah kita perlu takut kepada mereka?! Jawabanya TIDAK. Karena sesungguhnya mereka bukanlah musuh kita. Melainkan tim penguji kita untuk menyadarkan kita tentang seberapa besar kekuatan kita. Ingin saya katakan kembali Ikhwafillah bahwa tulisan ini saya buat semata-mata untuk berbagi tentang bagaimana kita bersikap dalam menghadapi “Hijau Hitam” setelah semalam saya sedikit mendapatkan informasi dari perbincangan saya dengan seorang kawan baru saya yang juga seorang Tokoh dalam barisan Dakwah, namun ketika tulisan ini saya buat nama kawan baru saya itu saya lupa.

Ikhwafillah....
                Pertama
                Ternyata, untuk menghadapi mereka cukup kita belajar ketika kita menghadapi adik-adik kita yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Kenapa? “Hijau Hitam” kesahariannya banyak bicara, dan memang jago bicara (retorikanya mantap), banyak menuntuk (mega elo’na), tetapi tidak ada AKSInya (de’ na melo majjama). Sementara kita, karna banyaknya AKSi (kegiatan) sampai-sampai untuk bicara kita setengah mati karna “poco”/kecapean bahasa Jakarta nya. Dengan demikian, maka kita menyikapinya bukan dengan kita juga banyak bicara/adu retorika. Akan tetapi kita tetap istiqomah melakukan kebaikan karna upah itu pasti, SURGA.
                Kedua
                Kita kemudian tak perlu takut apabila dalam tampuk kekuasaan nantinya mereka bersama kita, sebagai buah dari kemampuan berpolitik mereka. Maka yang perlu kita pahami bahwa, kekuasaan bukan berarti dari akar sampai daun yang mengisi adalah satu warna. Akan tetapi walaupun sedikit yang penting berpengaruh. Jadi PR kita Ikhwafillah adalah bagaimana kita semua mampu menciptkan tokoh kita sehingga mampu membentuk “PIRAMIDA” (bukan piramida Zionis yang pada puncaknya ada mata satu) akan tetapi ujung dari piramida tersebut adalah Tokoh kita (Pemimpin) yang akan di tunjang oleh badan piramida hingga kedasar yang semakin besar (Anggota yang banyak di bawah sepenuhnya mendukung pemimpin). Disini penekannya adalah bagaimana kita melakukan penokohan yang berpengaruh. Dan tak lupa bahwa “Hijau Hitam” akan melakukan hal yang sama. Tinggal bagaimana kedua tokoh ini selain berpengaruh tentunya harus di tunjang dengan pengetahuan, kreatifitas dan etos kerja yang mumpuni.
                Ketiga
                Prinsip sedikit tapi berkualitas memang harus tetap kita junjung. Tapi bukan berarti sedikit itu melupakan yang lain. Artinya, peran kita sebagai pejuang dakwah tidak hanya sebatas bagaimana menguasai satu kendaraan dakwah akan tetapi tetap mengendarai kendaraan yang ada walaupun sederhana (yang telah diraih harus tetap berjalan dan yang akan diraih harus tercapai)
                Keempat
                Atas nama pribadi selaku penulis yang tulisan ini datangnya dari hati, saya meminta maaf kalau ada salah kata dan kalau ada pihak yang merasa dirugikan atau merasa terdzalimi. Saya rasa ini sah-sah saja karna hari ini negara kita tercinta masih menganut sistem “DEMOKRASI” yang kadang-kadang juga menjadi “DEMOCRAZY”
                Sekali lagi mohon maaf....!! Jangan ada benci diantara kita....

Sumber: Kata hati Arsam Al Banna

Selasa, 19 April 2011

SELAMAT JALAN MURABBI-KU

Tulisan sang Mutarabbi dalam mengiringi kepergian sang Murabbi

            Selasa, 19 April 2011; Siang itu, di depan sebuah mesjid dari sebuah lorong berbatu, nampak wajah-wajah dari para saudara-saudaraku di jalan dakwah tengah bersiap di atas kuda besinya masing-masing. Sebuah perjalanan dari tanah Perintis ke Bumi Daya akan dimulai. Menulusuri lorong berbatu jadi awal perjalanan melelahkan ini. Panasnya aspal dan teriknya matahari siang itu menjadi tak terasa karena sebuah sosok yang terus terbayang dalam pikiran kami. Tak terasa, perjalanan ini telah berakhir. Di depan sebuah rumah sederhana kami berhenti. Rumah inilah tempat sosok sang pejuang dakwah bermukim. Tapi untuk saat ini sang pejuang dakwah tengah keluar untuk sebuah keperluan. Sedikit senda gurau jadi pengisi waktu menunggu ini. Tak lama kemudian, dari kejauhan wajah yang tadi terus terbayang muncul. Kini wajah itu telah melintas di depan kami. Dialah anak cucu Adam yang tak henti-hentinya membagikan pesan Islam melalui lidah sucinya kepada kami. Yah! Iitulah sang Murabbi-ku, Ustadz A. Yakub Abdullah, S.Kep, Ns.
            Hari ini beliau akan meninggalkan kami semua. Nampaknya sebuah kegundahan dan kesedihan yang begitu dalam tak lama lagi akan menggelayut dan merasuk ke dalam tubuh lemah kami, yang kemudian akan menjatuhkan butiran air mata dari kelopak mata kami dan membuat kami bungkam seribu bahasa melihat kenyataan pahit ini.
            Langkah pelan kami menuju mesjid tempat beliau sering bermunajat kepada Allah akan menjadi awal cerita penutup kebersamaan kami dengan beliau. Kali ini bersama beliau kami akan menunaikan shalat asar secara berjamaah. Sebuah shalat yang menjauhkan orang dari sifat munafik. Seusai shalat, kami kembali bermajelis bersama beliau  untuk yang terakhir kalinya. Di tempat ini banyak pesan yang kembali kami tangkap dari bibir beliau yang tak kaku lagi menyuarakan kebenaran. Salah satunya adalah ketika beliau mengatakan, “Dalam dakwah ada tiga golongan, golongan pertama adalah mereka yang menjadi pelaku dakwah, golongan kedua adalah mereka yang menjadi penonton dakwah dan golongan yang ketiga adalah mereka yang menjadi rival dakwah”. “Dan jadilah golongan yang pertama, bukan golongan kedua dan ketiga”. Itulah pesan terakhir beliau kepada kami. Pesan ini sejatinya telah menggetarkan hati-hati kami. Sebuah pesan suci yang ketika kami menjalankannya maka kelak syurga akan menjadi balasannya.
            Perbincangan ini tak bisa berlama-lama, waktu keberangktan beliau menuju kampung halamannya tinggal menghitung menit. Kamera pun jadi jalan terakhir untuk mengenang peristiwa penting ini, sebuah kebersamaan ini yang mungkin takkan kembali. Akhirnya, salah satu sisi luar masjid menjadi latar untuk mengabadikan momen kebersamaan ini. Dengan beberapa jepretan kamera dari saudaraku yang mendadak jadi kameramen, momen ini pun terabadikan dan akan menjadi pengobat kerinduan kepada sang Murabbi. Tak sia-sia kamera telah menjadi sahabat kami, sahabat dalam mengabadikan moment penting perjalanan kami di jalan dakwah.
            Langkah pelan kami kembali terulang, kali ini kami mengiringi sang Murabbi kembali ke kediamannya, tempat yang menjadi titik tolak sang Murabbi meninggalkan kami. Disinilah cerita perjalanan kami bersama sang Murabbi akan berakhir. Satu persatu tas padat itu telah keluar dari kediaman Sang Murabbi menuju sebuah mobil yang telah menunggu tak jauh dari kediaman beliau. Akhirnya, wajah sang murabbi keluar dari pintu kediamannya dengan membawa sebuah jaket hitam yang ada di pundaknya dan disusul oleh ibundanya, seorang ibu yang telah berhasil melahirkan anak yang luar biasa di muka bumi ini. Dengan senyuman, langkah pelan sang Murabbi mendekati saudara-saudaraku di jalan dakwah. Satu persatu saudaraku bersalaman dengan beliau dan setiap dari mereka meneteskan air mata kesedihan akan kepergian orang penting bagi perjalanan dakwah ini. Tiba giliranku bersalaman dengan beliau dan aku hanya mampu menahan kesedihan. Tak banyak kata yang bisa kuucap ketika kudekap beliau dengan haru. Yang ada, tangisan itu makin terdengar seiring dengan langkah kaki beliau menjauhi kami. Tak tertahan lagi keharuan mendera semua pejuang dakwah sore itu mengiringi kepergian sang Murabbi, "Pejuang Dakwah dari Tanah Borneo".

Selamat jalan kanda, selamat jalan pejuang dakwah, selamat jalan.... selamat jalan!!

Do’a kami menyertaimu. Kebaikanmu akan kami kenang, panji-panji perjuanganmu akan tetap tegak, semangatmu kan selalu membara dalam diri kami dan ilmu darimu akan menjadi teman akrab kami dalam kesepian, sahabat kami dalam keterasingan, pengawas kami dalam kesendirian, penunjuk jalan kami ke arah yang benar, penolong kami di saat sulit, dan menjadi simpanan kami setelah kematian. Percayalah, surga akan mempertemukan kita.

By. Arsam Rindu Yakub

Senin, 07 Februari 2011

10 TANDA-TANDA HATI YANG MATI


1. Kita mengaku kenal dan cinta kepada Allah, tetapi tidak menunaikan perintah-Nya.

2. Kita mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi mengabaikan sunnahnya.

3. Kita membaca Al-Qur'an tetapi tidak beramal dengan hukum-hukum di dalamnya.

4. Kita memakan nikmat Allah tetapi tidak mensyukuri pemberian-Nya.

5. Kita mengaku memusuhi syetan akan tetapi masih mengikutinya.

6. Kita mendambahkan nikmat syurga-Nya, tetapi tidak beramal untuk mendapatkannya.

7. Kita mengaku adanya siksa neraka, tetapi tidak berusaha menjauhinya.

8. Kita mengaku kematian akan datang pada setiap saat, tetapi tidak berusaha mempersiapkan bekalnya.

9. Kita sibuk membuka 'aib orang lain, tetapi tidak pernah ingat aib diri sendiri.

10.Kita mengantar dan mengubur jenazah, tetapi tidak diambil hikmah dari sesudah kejadiannya.


(Syeikh Ibrahim Adham)

Jumat, 04 Februari 2011

12 BARISAN DI AKHIRAT

Suatu ketika, Muaz bin Jabal ra menghadap Rasulullah saw dan bertanya: Wahai Rasulullah, tolong uraikan kepadaku mengenai firman Allah SWT: "Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris" Surat An-Naba' ayat 18. Mendengar pertanyaan itu, baginda menangis dan basah pakaian dengan air mata. Lalu menjawab: Wahai Muaz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris menjadi 12 barisan, masing-masing dengan pembawaan mereka sendiri.

Berikut dinyatakan 12 barisan tersebut:

BARISAN PERTAMA 
Digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KEDUA 
Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KETIGA 
Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. "Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KEEMPAT 
Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut mereka. "Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KELIMA 
Digiring dari kubur dengan bau busuk dari bangkai. Ketika itu Allah SWT menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. "Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula merasa takut kepada Allah SWT, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KEENAM 
Digiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. "Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KETUJUH 
Digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. "Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KEDELAPAN 
Digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. "Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KESEMBILAN 
Digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KESEPULUH 
Digiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. "Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KESEBELAS 
Digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. "Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..." 

BARISAN KEDUA BELAS 
Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: "Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah  syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keredhaan Allah Yang Maha Pengasih..." 

Semoga kita semua berada di barisan kedua belas yang Ke-12 yang mendapat rahmat dari Allah 

Jumat, 28 Januari 2011

10 JALAN PENGAMPUN DOSA

Setiap manusia pasti melakukan kesalahan. Karena itu, yang perlu dibangun dalam diri setiap muslim, bukan hanya sikap hati-hati menjauhi dosa saja, tapi juga menumbuhkan sikap yang benar tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan ketika dosa itu terlanjur diperbuat. Setidaknya ada 10 jalan dalam Islam, yang bisa mengurangi azab atas dosa yang dilakukan:


1. Taubat

Al-Quran banyak menyebutkan bahwa taubat berfungsi sebagai pengecualian dari ancaman azab yang akan diberikan kepada pelakunya. Seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 160, "Kecuali mereka yang telah bertaubat..." juga dalam surat Maryam ayat 60, Thaahaa ayat 82. Taubat yang dimaksud di sini tentu taubat nasuha, yakni taubat yang dilakukan dengan ikhlas dan benar. Taubat yang menjadi penyesalan sekaligus menjadi titik akhir seseorang untuk tidak mengulangi dosa di masa selanjutnya. 

2. Istighfar

Allah berjanji akan mengampuni kesalahan-kealahan hambanya selama ia melakukan istighfar dengan sungguh-sungguh. "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (istighfar)." (QS. Al-Anfal : 33). Rasulullah saw besabda, "Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sekiranya kalian belum pernah berbuat dosa, maka niscaya Allah akan membinasakankamu kemudian menggantikan kamu dengan kaum yang lain, yang mereka itu berbuat dosa lantas mereka memohon ampun kepada-Nya dan Allah mengampuni mereka." (HR. Muslim)

3. Amal-amal kebaikan

Amal-amal kebaikan yang dilakukan soerang muslim bisa dilipatgandakan pahalanya oleh Allah menjadi sepuluh kali lipat atau lebih. Karena itu, amal baik juga bisa menjadi salah satu jalan pengampunan bagi kita, khususnya dosa-dosa kecil. Allah swt, berfirman : "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan buruk." (QS. Hud : 114). Rasulullah saw bersabda, "Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan yang baik karena ia bisa menghapusnya." (HR. Turmudzi)

4. Musibah-musibah di dunia 

Musibah yang menimpa seorang muslim, apapun bentuknya, akan menjadi penebus dosanya. Itu akan terjadi bila orang yang tertimba musibah sabar atas musibah. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya setiap musibah yang menimpa seorang muslim menjadi penebus (kafarat) atas dosanya. Bahkan sampai terpeleset kakinya, luka di jemarinya, ataupun duri yang menusuknya." (HR. Muslim) Artinya, musibah datang dari Allah swt adalah bentuk tebusan atas dosa hamba-Nya, hingga dosa itu dihapus oleh Allah swt. 

5. Siksa kubur

Azab kubur adalah perkara yang harus diyakini kebenarannya. Ia juga merupakan salah satu jalan pengampunan yang bisa mengurangi azab yang akan ditimpahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya atas dosa yang dilakukannya. Ada dua macam adzab kubur. Pertama, yang dirasakan seseorang selamanya sampai hari kiamat datang. Ini akan diberikan kepada orang-orang kafir (lihat QS. Al-Mu'min : 45-46). Kedua, azab kubur yang waktunya terbatas dan setelah itu berhenti. Yang kedua ini diberikan atas orang yang melakukan dosa-dosa ringan, sesuai dengan tingkat kesalahannya sehingga ia menjadi pengurangatau penebus akan azab yang akan menimpa di akhirat nanti. 

6. Do'a dan permohonan ampun dari orang mukmin 

Do'a dan permohonan ampun dari orang mukmin yang diminta kepada Allah, untuk diberikan kepada pelaku dosa dan kesalahan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Do'a adalah saripati ibadah. Do'a adalah senjatanya orang beriman. Do'a adalah salah satu jalan pengampunan dari dosa-dosa dan kesalahan. Allah swt, berfirman : "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo'a : "Ya Tuhan kami beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami..." (QS. Al-Hasyr : 10)

7. Hadiah seorang muslim 

Apa yang dihadiahkan seorang muslim yang masih hidup kepada saudaranya yang sudah meninggal, berupa pahala shadaqah dan haji. Para ulama sepakat bahwa seseorang yang telah meninggal masih dapat memperoleh manfaat dari orang yang masih hidup karena dua hal. Pertama, karena sesuatu yang sumbernya dari si mayit sendiri ketika hidup, seperti amal jariyah. Kedua, pahala kebaikan yang diperuntukkan orang yang masih hidup kepada si mayit seperti shadaqah dan haji. Pahala dari amal-amal ibadah fisik seperti puasa sunnah, shalat sunnah, membaca Qur`an, dzikir dan sebagainya, menurut Imam Ahmad dan Abu Hanifah bisa sampai kepada si mayit bila memang diniatkan oleh yang masih hidup untuk si mayit. Sementara menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik, hal itu tidak bisa dihadiahkan kepada si mayit dan pahalanya tidak akan sampai. 

8. Penyelesaian hak sesama manusia di akhirat, setelah mereka menyeberangi shirot (jembatan di atas neraka) 

Jalan pengampunan yang lain adalah penyelesaian segala hak dan kezaliman yang terkait antara satu orang muslim dengan saudaranya. Masing-masing saling mengambil hak satu sama lain. Rasulullah saw bersabda, "Apabila orang-orang mukmin itu telah selamat melewati neraka, maka mereka akan ditahan di suatu jembatan antara mereka dan surga. Maka disitulah mereka saling melakukan penuntutan dan pemenuhan atas segala tanggungan sesama mereka selama di dunia. Maka kalau semuanya sudah bebas dari hak-hak saudaranya serta bersih dari dosa-dosa dan kezaliman sesama mereka. Barulah mereka diperkenankan untuk masuk ke dalam surga..." (HR. Bukhori)

9. Syafaat dari mereka yang berhak memberi syafaat

Di antara jalan pengampunan yang lain adalah syafaat yang diberikan oleh orang lain yang mendapat izin dari Allah. Syafaat ini akan dapat meringankan dan membebaskanorang-orang yang seharusnya mendapat siksaan di akhirat. Orang yang diperkenankan memberi syafaat, pertama adalah Rasulullah saw. Selain itu adalah kaum muslimin yang telah mendapat izin dari Allah untuk memberi syafaat. Bahkan dalam hadits yang cukup panjang disebutkan bahwa Allah swt akan memberi syafaat kepada hamba-hamba-Nya. "... Maka para malaikat telah memberi syafaat, para nabi sudah memberi syafaat, dan orang-orang beriman pun memberi syafaat. Tidak ada lagi kecuali Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kemudian setelah itu Allah mengambil sekali genggaman-Nya itu dari neraka orang-orang yang belum pernah membuat kebaikan sekalipun..." (HR. Muslim)

10. Ampunan dan pemaafan Allah SWT diluar syafaat-Nya

Ini adalah jalan pengampunan terakhir, yang bisa mengurangi maupun menghilangkan sama sekali azab yang seharusnya diterima seseorang yang telah melakukan dosa. Allah swt berfirman, ".... dan Dia (Allah) mengampuni segala dosa, selain syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya..." (QS.An-Nisa : 48 dan 116). Jalan pengampunan ini disediakan oleh Allah swt. Tinggal kini bagaimana kita yang membutuhkan pengampunan itu. Dan sebelum pertanyaan itu kita jawab, renungkanlah firman Allah swt berikut ini: "Dan bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang bertaqwa..." (QS. Ali Imran : 133) 


Senin, 24 Januari 2011

WASIAT SEORANG ALIM

Pada suata ketika ada seseorang meminta nasihat kepada Ibrahim bin Adham Ra yang terkenal sebagai orang zahid. Kata orang itu, "Ya Ibrahim, berilah kami wasiat yang dengan itu menjadikan seluruh kehidupan kami bermanfaat."
Ibrahim bin Adham memberikan nasihatnya:
- Kalau engkau melihat orang sibuk dengan dunia, maka sibukkanlah dirimu dengan soal akhirat.
- Kalau engkau melihat orang sibuk memperindah lahirnya, maka sibukkanlah dirimu dengan memperindah batinmu.
- Kalau engkau melihat orang sibuk memakmurkan perkebunan, maka sibukkanlah dirimu memakmurkan kuburan.
- Kalau engkau melihat orang sibuk mengabdikan diri kepada sesamanya, maka sibukkanlah dirimu mengabdikan diri kepada Robbul 'alamin.
- Kalau engkau melihat orang sibuk mempergunjingkan orang lain, maka sibukkanlah dirimu dengan keburukan dirimu sendiri.

Maka jadikanlah kehidupan di dunia sebagai lahan pertanian yang akan menghantarkan engkau ke panen raya di akhirat kelak.